Jakarta - Dengan berapi-api, seorang mahasiswa Universitas Bung Karno (UBK) tiba-tiba nyelonong menagih janji Wagub DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) atas menjamurnya minimarket yang mengancam pasar tradisional. Ahok membalas dan marah besar kepada si mahasiswa.
Pengamatan detikcom, Selasa (18/12/2012) siang, Ahok awalnya sibuk meladeni pertanyaan sejumlah wartawan di Gedung Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat.
Tiba-tiba 4 orang mahasiswa yang terbalut jas almamater warna merah ikut nimbrung. Seorang mahasiswa menyerobot kerumunan wartawan. Ia dengan penuh semangat dan berapi-api menumpahkan protesnya.
"Pak begini, sekarang ini semakin terpuruk pasar tradisonal. Kita ini mau bangun pasar tradisional. Sekarang, kenyataannya banyak minimarket yang menjamur," kata mahasiswa itu dengan lantang.
Ahok yang berkacamata itu tampak serius mendengarkan protes mahasiswa tersebut.
Sang mahasiswa melanjutkan pernyataannya. Ia mengaku baru berunjuk rasa di tempat kongkow anak muda 7-Eleven di Matraman, Jakarta Pusat.
"Kami sudah melakukan unjuk rasa di 7-Eleven pusat di Matraman. Kami minta bertemu, tetapi mereka menolak bertemu. Padahal 7-Eleven seharusnya menyediakan makanan siap saji, tetapi malah menjadi minimarket sesuai peraturan presiden nomor 22. Kami menuntut Wagub, mana janji Anda, Pak!" ujar mahasiswa itu dengan nada tinggi.
Bagai disambar geledek, Ahok naik pitam mendengar ucapan sang mahasiswa. Ahok menegaskan belum mengeluarkan satu izin pun.
"Yang jelas, sampai saat ini kami belum mengeluarkan izin satu pun sampai hari ini. Makanya, kami ini kan baru 2 bulan. Anda maunya saya ngomong sopan santun kan. Anda mahasiswa, saya juga mahasiswa dulu. Anda aktivis, saya juga mantan aktivis. Sama," kata Ahok dengan nada tinggi dan menggerakkan tangan seolah-olah menekankan pernyataannya itu.
"Makanya kita duduk, ngomong. Saya ini baru 2 izin yang sudah keluar. Kami ingin kaji, Anda kalau cabut izin di PTUN-kan orang dan kita kalah, uang rakyat juga yang bobol di APBD. Ya semuanya ada kajiannya Nggak kayak mahasiswa langsung main berantem saja. Kalau berantem, aku lebih jagoan," ujar Ahok yang mengenakan seragam dinas warna cokelat itu.
Mahasiswa itu mendengarkan penjelasan Ahok. Sementara tiga temannya menonton dari kejauhan.
"Bukan masalah itu. Kita bukan bicara masalah mahasiswa, Pak," sahut mahasiswa yang tidak diketahui namanya itu.
"Makanya saya bilang, Anda jangan teriak-teriak, tenang saja. Kami ini baru dua bulan dan kami katakan, kami belum keluarkan izin satu pun. Kalau kami sudah keluarkan izin, Anda boleh maki-maki kami, mana janjinya," kata Ahok panas.
"Ini saya agak marah karena Anda bilang, mana janjinya. Kami baru 2 bulan, Bung. Jadi Anda jangan pakai janji Anda tadi. Kalau Anda tidak singgung itu, saya tidak marah," lanjut Ahok yang tidak kalah berapi-api, sambil menunjuk ke arah mahasiswa.
Mahasiswa itu tetap memperhatikan Ahok. Ia sedikit terlihat gugup.
"Anda singgung itu makanya saya menantang Anda sekarang, ya kan. Kami baru 2 bulan, kami belum keluarkan izin. Kami baru analisa izin apa saja yang sudah keluar dan yang bisa dicabut. Anda kurang apalagi. Kami mau keluarkan pasar-pasar baru. Semua lantai pasar tidak perlu dibeli, undi. Apartemen tidak perlu dibeli, undi. Tetapi kalau kamu jual, saya usir satu lantai karena rakyat juga ada oknum yang kurang ajar. Begitu dapat rusun dijual, dapat pasar dijual yang dapat orang kaya lagi. Anda mau bilang sosialis kalau mau bicara, kita lebih ketat soal begituan," papar Ahok panjang lebar dan masih dengan nada tinggi.
"Ya kami mau bicarakan penjamuran pasar, Pak," kata mahasiswa berusaha meluruskan maksudnya.
"Ya makanya saya katakan, itu bukan izin kami. Kami sudah minta Dinas UKM beli 1.500 tempat di pasar tradisional. Tanya sama UKM. Anda kalau jual tanah kasih tahu saya, saya mau beli. Kita akan bikin pasar, masih nggak cukup," bentak Ahok.
"Jangan gunakan kalimat 'mana janji Anda'. Saya tidak suka kalimat 'mana janji Anda', tahu nggak!" lanjut Ahok yang bergegas masuk ke dalam mobil dinasnya untuk menuju kantor Kejati Jakarta.
Mahasiswa itu terdiam dan terlihat kebingungan. Teman-temannya menghampiri.
"Sudah-sudah," kata petugas Pamdal yang meminta mahasiswa-mahasiswa itu meninggalkan Balai Kota.
0 komentar